Aluminium
adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.
Aluminium adalah logam yang paling
banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan
silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23%
dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar
30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum,
gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium
murni di alam karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.
Aluminium tahan terhadap korosi
karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat
reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi
lapisan dalam logam dari korosi.
Selama 50 tahun terakhir, aluminium
telah menjadi logam yang luas penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini
didasarkan pada sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi, kekuatan dan
ductility yang cukup baik (aluminium paduan), mudah diproduksi dan cukup
ekonomis (aluminium daur ulang). Yang paling terkenal adalah penggunaan
aluminium sebagai bahan pembuat pesawat terbang, yang memanfaatkan sifat ringan
dan kuatnya.
Aluminium murni adalah logam yang
lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi
antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan
tensil aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki
kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu
pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik
(drawing), dan diekstrusi.
Resistansi terhadap korosi terjadi
akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika
aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah
terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan
terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga.
Aluminium juga merupakan konduktor
panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium
memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam
konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium murni 100% tidak memiliki
kandungan unsur apapun selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang
dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada
pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam
aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses
peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan
akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas
bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium).
Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%,
misalnya aluminium foil.
Pada aluminium paduan, kandungan
unsur yang berada di dalamnya dapat bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada
paduan 7075, yang merupakan bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki
kandungan sebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang
umum digunakan dalam penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si, 0,8% Mn,
dan 1,5% Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan
kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn,
dan 0,1% Cu.
Proses
pembuatan
Aluminium adalah logam yang sangat
reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi tinggi dengan oksigen.
Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan
energi yang tinggi untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi
ini tidak semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara, karena aluminium
merupakan reduktor yang lebih kuat dari karbon.
Proses produksi aluminium dimulai
dari pengambilan bahan tambang yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum,
gibbsite, boehmite, diaspore, dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang
dibawa menuju proses Bayer.
Proses Bayer menghasilkan alumina
(Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang mengandung
aluminium dengan larutan natrium hidroksida pada temperatur 175 oC
sehingga menghasilkan aluminium hidroksida, Al(OH)3. Aluminium
hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000 oC
sehingga terbentuk alumina dan H2O yang menjadi uap air.
Setelah Alumina dihasilkan, alumina
dibawa ke proses Hall-Heroult.
Proses Hall-Heroult dimulai dengan
melarutkan alumina dengan leelehan Na3AlF6, atau yang
biasa disebut cryolite. Larutan lalu dielektrolisis dan akan mengakibatkan
aluminium cair menempel pada anoda, sementara oksigen dari alumina akan
teroksidasi bersama anoda yang terbuat dari karbon, membentuk karbon dioksida.
Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih ringan dari pada larutan
alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah.
Elektrolisis aluminium dalam proses
Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup banyak. Rata-rata konsumsi energi
listrik dunia dalam mengelektrolisis alumina adalah 15 kWh per kilogram
aluminium yang dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya
produksi aluminium di seluruh dunia.
Aluminium daur
ulang
Salah satu keuntungan aluminium
lainnya adalah, mampu didaur ulang tanpa mengalami sedikitpun kehilangan
kualitas. Proses daur ulang tidak mengubah struktur aluminium, daur ulang
terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali (wasteonline.org).
Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi
energi sebesar 5% dari yang digunakan dalam memproduksi aluminium dari bahan
tambang (economist.com). Di Eropa, terutama negara Skandinavia, 95% aluminium
yang beredar merupakan bahan hasil daur ulang.
Proses daur ulang aluminium berawal
dari kegiatan meleburkan sampah aluminium. Hal ini akan menghasilkan endapan.
Endapan ini dapat diekstraksi ulang untuk mendapatkan aluminium, dan limbah
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beton karena
merupakan limbah yang berbahaya bagi alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar